KONEKSI ANTAR MATERI PSE 2.2.a.9



https://www.youtube.com/watch?v=x0X8bC2u53Y

Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak
dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran
sosial dan emosional bertujuan untuk 1) memberikan pemahaman, penghayatan
dan kemampuan untuk mengelola emosi 2)menetapkan dan mencapai tujuan
positif 3)merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain 4)membangun
dan mempertahankan hubungan yang positif serta 5)membuat keputusan yang
bertanggung jawab.

Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan dalam tiga
ruang lingkup:
1. Rutin: pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar
akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca
setelah jam makan siang
2. Terintegrasi dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah
menyelesaikan sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi kasus atau
kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dll.
3. Protokol: menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi
kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau
sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu.
Misalnya, menyelesaikan konflik yang terjadi dengan membicarakannya
tanpa kekerasan, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, dll

PSE adalah mengenai bagaimana kita menjalankan sekolah. Pembelajaran sosialemosional adalah tentang pengalaman apa yang akan dialami siswa, apa yang
dipelajari siswa dan bagaimana guru mengajar.
Kita dapat merancang bagaimana sekolah dan ruangan kelasnya, bagaimana waktu
belajar, ruang-ruangan yang ada di sekolah, hubungan dengan komunitas sekolah
dan keluarga dan yang lainnya sebagai tempat pertukaran pengetahuan,
pengetahuan tentang dunia; pengetahuan tentang diri sendiri dan pengetahuan
tentang orang lain yang berinteraksi dengan kita. Pengalaman-pengalaman tersebut
membantu membentuk bagaimana siswa memahami diri mereka sendiri dan orang
lain.

Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis Kesadaran Penuh (MindfulnessBased Social Emotional Learning)
Kesadaran Penuh (Mindfulness)

Apakah kesadaran penuh (mindfulness) itu?
Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal.
15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan
perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan
kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the
present moment, with curiosity and kindness)

Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja
(on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity) dan kebaikan
(compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan
(yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang
sedang dilakukan.

Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa
yang sedang dikerjakan, atau dalam situasi yang menghendaki perhatian yang
penuh. Misalnya, seorang anak yang terlihat asyik bermain peran dengan
menggunakan boneka tanpa terganggu oleh suara sekitarnya, murid yang sedang
memainkan musik, menikmati alur cerita dalam bacaan, menikmati segelas teh
hangat, atau menikmati pemandangan matahari terbenam, atau guru yang sedang
mendengarkan murid dengan penuh perhatian. Intinya adalah adanya perhatian
yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam kondisi berkesadaran penuh,
terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang terutama berfungsi
untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stress, dan munculnya perasaan tenang
dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37). Dengan demikian, salah satu fungsi latihan
berkesadaran penuh adalah menumbuhkan perasaan yang lebih tenang dan pikiran
yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih responsif dan
reflektif.

Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi
siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia
dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua.
Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak
lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai
pelajaran, melakukan berbagai kegiatan literasi, mencintai alam, berolah-seni
maupun berolahraga, dan lain sebagainya.

Kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui berbagai
kegiatan. Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk memberikan perhatian
yang berkualitas pada apa yang kita lakukan. Kegiatan-kegiatan seperti latihan
menyadari nafas (mindful breathing); latihan bergerak sadar (mindful movement),
yaitu bergerak yang disertai kesadaran tentang intensi dan tujuan gerakan; latihan
berjalan sadar (mindful walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat berjalan,
dan berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera (sharpening the senses)
dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di ujung jari, dan
sensori peraba kita. Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas dengan sadar,
bergerak dengan sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari seluruh tubuh
dengan sadar dapat diawali dengan cara yang paling sederhana yaitu dengan
menyadari nafas.

Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan.
Take a deep Breath/ Tarik nafas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas
keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan udara
hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas masuk,
napas keluar.
Observe/ Amati. Amati apa yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati
perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang
mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang dapat
Anda lakukan.
Proceed/ Lanjutkan. Latihan selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda
dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan sikap
yang lebih positif.

 

Mindfulness and Well-being
Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai
kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being (kesejahteraan hidup) adalah
sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri
dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri,
dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola
lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih
bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya

Mcgrath & Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being yang optimum
memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang
lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan
dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung
jawab

Pada saat menghadapi kondisi menantang, misalnya pada saat seorang guru
berhadapan dengan perilaku murid yang dinilai tidak disiplin, mekanisme kerja
otak akan mengarahkan diri untuk berhenti, menarik napas panjang, memberikan
waktu untuk memahami apa yang dirasakan diri sendiri, memunculkan empati,
memahami situasi yang terjadi, mencari tahu apa yang dirasakan oleh murid dan
mau mendengarkan dengan penuh perhatian. Respon guru yang berkesadaran
penuh akan dapat membangun koneksi dan rasa percaya murid pada guru. Ada
pepatah yang mengatakan,” Seberapa banyak gelar yang dimiliki seorang guru,
kalau murid tidak paham bahwa gurunya peduli dengan mereka, maka mereka tidak
akan pernah dapat belajar dari gurunya.” Koneksi, rasa aman dan rasa percaya di
antara guru dan murid akan menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang
kondusif bagi pembelajaran. Perasaan aman dan rasa percaya dalam diri murid
akan membantu murid dalam proses pembelajaran dan relasi dengan guru di
sekolah. Murid dapat menumbuhkan kesadaran diri tentang perasaan, kekuatan,
kelemahan, nilai-nilai yang dimiliki dengan lebih baik dan kesadaran sosial yang
lebih baik yang didasarkan pada perhatian yang bertujuan akan membantu murid
dalam memproses informasi secara lebih baik dalam proses pembelajaran. Jika
murid dapat mengikuti proses pembelajaran secara lebih baik, maka secara
perlahan tumbuh optimisme atau rasa percaya dalam dirinya. Ada banyak sekali
penelitian yang menyatakan tentang pentingnya optimisme dalam mendorong
keberhasilan pembelajaran

Hubungan Mindfulness dan Pembelajaran Sosial dan Emosional
Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat
membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai
kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, sebelum
memberikan respon dalam sebuah situasi sosial yang menantang, kita berhenti,
bernafas dengan sadar, mengamati pikiran, perasaan diri sendiri maupun orang
lain, dan mengambil tindakan yang lebih responsif, bukan reaktif. Gambar 1
menunjukkan Pembelajaran Sosial-Emosional berbasis kesadaran penuh untuk
mewujudkan kesejahteraan (well-being). Gambar tersebut diadaptasi dari Gambar
yang dibuat K. Fort – Catanese (dalam Hawkins, 2017)








 

Aidil Fitriani - CGP - 2- Kutai Kartanegara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Koneksi Antar Materi - Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

AKSI NYATA MODUL 1.4.a.