KONEKSI ANTAR MATERI PSE 2.2.a.9
Pembelajaran Sosial dan Emosional
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah
pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini
memungkinkan anak
dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan
emosional. Pembelajaran
sosial dan emosional bertujuan untuk 1) memberikan pemahaman,
penghayatan
dan kemampuan untuk mengelola emosi 2)menetapkan dan mencapai
tujuan
positif 3)merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
4)membangun
dan mempertahankan hubungan yang positif serta 5)membuat keputusan
yang
bertanggung jawab.
Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan
dalam tiga
ruang lingkup:
1. Rutin: pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar
akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca
setelah jam makan siang
2. Terintegrasi dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah
menyelesaikan sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi kasus
atau
kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dll.
3. Protokol: menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi
kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau
sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian
tertentu.
Misalnya, menyelesaikan konflik yang terjadi dengan
membicarakannya
tanpa kekerasan, mendengarkan orang lain yang sedang berbicara,
dll
PSE adalah mengenai bagaimana kita menjalankan
sekolah. Pembelajaran sosialemosional adalah tentang pengalaman apa yang akan
dialami siswa, apa yang
dipelajari siswa dan bagaimana guru mengajar.
Kita dapat merancang bagaimana sekolah dan ruangan kelasnya,
bagaimana waktu
belajar, ruang-ruangan yang ada di sekolah, hubungan dengan
komunitas sekolah
dan keluarga dan yang lainnya sebagai tempat pertukaran
pengetahuan,
pengetahuan tentang dunia; pengetahuan tentang diri sendiri dan
pengetahuan
tentang orang lain yang berinteraksi dengan kita.
Pengalaman-pengalaman tersebut
membantu membentuk bagaimana siswa memahami diri mereka sendiri
dan orang
lain.
Pembelajaran Sosial dan Emosional
berbasis Kesadaran Penuh (MindfulnessBased Social Emotional Learning)
Kesadaran Penuh (Mindfulness)
Apakah kesadaran penuh
(mindfulness) itu?
Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal.
15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang
memberikan
perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa
ingin tahu dan
kebaikan (The awareness that arises
when we pay attention, on purpose, in the
present moment, with curiosity and kindness)
Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja
(on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity) dan
kebaikan
(compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan
(yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada
kegiatan (fisik) yang
sedang dilakukan.
Kesadaran penuh (mindfulness) muncul saat seorang sadar sepenuhnya pada apa
yang sedang dikerjakan, atau dalam situasi yang menghendaki
perhatian yang
penuh. Misalnya, seorang anak yang terlihat asyik bermain peran
dengan
menggunakan boneka tanpa terganggu oleh suara sekitarnya, murid
yang sedang
memainkan musik, menikmati alur cerita dalam bacaan, menikmati
segelas teh
hangat, atau menikmati pemandangan matahari terbenam, atau guru
yang sedang
mendengarkan murid dengan penuh perhatian. Intinya adalah adanya
perhatian
yang dilakukan secara sadar dengan dilandasi rasa ingin tahu dan
kebaikan.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa di dalam
kondisi berkesadaran penuh,
terjadi perubahan fisiologis seperti meluasnya area otak yang
terutama berfungsi
untuk belajar dan mengingat, berkurangnya stress, dan munculnya
perasaan tenang
dan stabil (Kabat-Zinn, 2013, hal. 37). Dengan demikian, salah
satu fungsi latihan
berkesadaran penuh adalah menumbuhkan perasaan yang lebih tenang
dan pikiran
yang lebih jernih, yang akan berpengaruh pada keputusan yang lebih
responsif dan
reflektif.
Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan
penting bagi
siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya
dengan bahagia
dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk
orangtua.
Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam
pendidikan kita sejak
lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum
memulai
pelajaran, melakukan berbagai kegiatan literasi, mencintai alam,
berolah-seni
maupun berolahraga, dan lain sebagainya.
Kesadaran penuh (mindfulness) dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui berbagai
kegiatan. Artinya, kita dapat melatih kemampuan untuk memberikan
perhatian
yang berkualitas pada apa yang kita lakukan. Kegiatan-kegiatan
seperti latihan
menyadari nafas (mindful
breathing); latihan bergerak sadar (mindful movement),
yaitu bergerak yang disertai kesadaran tentang intensi dan tujuan
gerakan; latihan
berjalan sadar (mindful
walking) dengan menyadari gerakan tubuh saat berjalan,
dan berbagai kegiatan sehari-hari yang mengasah indera (sharpening the senses)
dengan melibatkan mata, telinga, hidung, indera perasa, sensori di
ujung jari, dan
sensori peraba kita. Kegiatan-kegiatan di atas seperti bernapas
dengan sadar,
bergerak dengan sadar, berjalan dengan sadar dan menyadari seluruh
tubuh
dengan sadar dapat diawali dengan cara yang paling sederhana yaitu
dengan
menyadari nafas.
Stop/ Berhenti. Hentikan apapun yang sedang Anda lakukan.
Take
a deep Breath/ Tarik nafas dalam. Sadari napas masuk, sadari napas
keluar. Rasakan udara segar yang masuk melalui hidung. Rasakan
udara
hangat yang keluar dari lubang hidung. Lakukan 2-3 kali. Napas
masuk,
napas keluar.
Observe/
Amati. Amati apa
yang Anda rasakan pada tubuh Anda? Amati
perut yang mengembang sebelum membuang napas. Amati perut yang
mengempes saat Anda membuang napas. Amati pilihan-pilihan yang
dapat
Anda lakukan.
Proceed/
Lanjutkan. Latihan
selesai. Silahkan lanjutkan kembali aktivitas Anda
dengan perasaan yang lebih tenang, pikiran yang lebih jernih, dan
sikap
yang lebih positif.
Mindfulness and Well-being
Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat
diartikan sebagai
kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being (kesejahteraan
hidup) adalah
sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif
terhadap diri sendiri
dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah
lakunya sendiri,
dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola
lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup
mereka lebih
bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya
memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang
lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan
dalam menghadapi stress dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung
jawab
Pada saat menghadapi kondisi menantang, misalnya
pada saat seorang guru
berhadapan dengan perilaku murid yang dinilai tidak disiplin,
mekanisme kerja
otak akan mengarahkan diri untuk berhenti, menarik napas panjang,
memberikan
waktu untuk memahami apa yang dirasakan diri sendiri, memunculkan
empati,
memahami situasi yang terjadi, mencari tahu apa yang dirasakan
oleh murid dan
mau mendengarkan dengan penuh perhatian. Respon guru yang
berkesadaran
penuh akan dapat membangun koneksi dan rasa percaya murid pada
guru. Ada
pepatah yang mengatakan,” Seberapa banyak gelar yang dimiliki
seorang guru,
kalau murid tidak paham bahwa gurunya peduli dengan mereka, maka
mereka tidak
akan pernah dapat belajar dari gurunya.” Koneksi, rasa aman dan
rasa percaya di
antara guru dan murid akan menciptakan lingkungan dan suasana
belajar yang
kondusif bagi pembelajaran. Perasaan aman dan rasa percaya dalam
diri murid
akan membantu murid dalam proses pembelajaran dan relasi dengan
guru di
sekolah. Murid dapat menumbuhkan kesadaran diri tentang perasaan,
kekuatan,
kelemahan, nilai-nilai yang dimiliki dengan lebih baik dan
kesadaran sosial yang
lebih baik yang didasarkan pada perhatian yang bertujuan akan
membantu murid
dalam memproses informasi secara lebih baik dalam proses
pembelajaran. Jika
murid dapat mengikuti proses pembelajaran secara lebih baik, maka
secara
perlahan tumbuh optimisme atau rasa percaya dalam dirinya. Ada
banyak sekali
penelitian yang menyatakan tentang pentingnya optimisme dalam
mendorong
keberhasilan pembelajaran
Hubungan Mindfulness dan
Pembelajaran Sosial dan Emosional
Menurut Hawkins (2017), latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat
membangun keterhubungan diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai
kompetensi emosi dan sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya, sebelum
memberikan respon dalam sebuah situasi sosial yang menantang, kita
berhenti,
bernafas dengan sadar, mengamati pikiran, perasaan diri sendiri
maupun orang
lain, dan mengambil tindakan yang lebih responsif, bukan reaktif.
Gambar 1
menunjukkan Pembelajaran Sosial-Emosional berbasis kesadaran penuh
untuk
mewujudkan kesejahteraan (well-being). Gambar tersebut diadaptasi
dari Gambar
yang dibuat K. Fort – Catanese (dalam Hawkins, 2017)
Komentar
Posting Komentar