KONEKSI ANTAR MATERI - BUDAYA POSITIF 1.4. a.9
1.4.a.9 KONEKSI ANTAR MATERI – BUDAYA POSITIF
CGP – 2 AIDIL FITRIANI – SDN 011 TENGGARONG – KUTAI KARTANEGARA
Budaya positif disekolah dengan materi sebelumnya agar penerapan dalam pemahamannya jelas dan terstruktur diantaranya
1. Apakah
budaya positif di sekolah berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang
baik?.
2. Bagaimana
penerapan budaya positif jika dikaitkan dengan nilai lain dalam aktivitas
belajar mengajar sehari-hari?.
3. Bagian
mana dari modul sebelumnya yang berkaitan dan mendukung budaya positif?.
4. Bagaimana
peran guru penggerak menularkan kebiasaan baik kepada guru lain dalam membangun
budaya positif di sekolah?.
5. Bagaimana
guru penggerak bisa menumbuhkan budaya positif di kelas menjadi budaya positif
sekolah dan menjadi visi sekolah?.
Budaya
Positif adalah berisi kebiasaan yang disepakati bersama untuk dijalankan dalam
waktu yang lama. Jika kebudayaan positif ini sudah membudaya, maka nilai –
nilai karakter yang diharapkan akan terbentuk pada diri anak.
Proses
pembentukan karakter diawali dengan pembiasaan. Proses pembiasaan inilah yang
kita kenal dengan budaya atau pembudayaan. Untuk membentuk karakter yang
diharapkan, perlu dibangun budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya sekolah
dimaknai dengan tradisi sekolah yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan spirit
dan nilai – nilai yang dianut disekolah.
Seperti
Gerakan literasi sekolah,Kegiatan ekstra kurikuler, Menetapkan kegiatan pembiasaan pada awal dan akhir kbm, Membiasakan
perilaku baik yang bersifat spontan, Menetapkan tata tertib sekolah
Budaya
positif di sekolah tidaklah berdiri sendiri dalam menciptakan budaya ajar yang
baik, melainkan terintegrasi satu sama lain dan mempengaruhi satu dengan yang
lainnya. Mempunyai relevansi dengan materi – materi terkait yang perlu
diterapkan dalam ekosistem belajar, Melalui penerapan budaya positif di sekolah
dapat mem bawa peserta didik menjadi pelajar profil Pancasila yang beriman,bertaqwa
kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong,
kreatif, bernalar kritis dan mandiri.
Berdasarkan
filosofi ki hajar dewantara, pendidikan itu harus bisa menuntun anak memperoleh
kebahagian yang setinggi tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota
masyarakat, kemudian pendidikan itu harus melihat kodrat dan bakat anak, harus mampu mengetahui
pengaruh kodrat alam dan kodrat jaman bagi jiwa anak karena pengaruh kodrat
jaman tentunya harus bisa selaras dengan kodrat jaman,
Sebuah
sekolah idealnya bisa mengembangkan
bakat anak yang sudah ada dalam dirinya, sekolah harus mampu memfasilitasi
semua kebutuhan anak tentunya, dengan menerapkan disipilin positif agar anak terbiasa melakukan hal hal positf
yang kemudian akan tumbuh karakter karakter positif tanpa ada tekanan dan
paksaan sebagai mana kita ketahui bahwa sebuah budaya akan tumbuh dalam diri
anak jika sudah terbiasa dalam menerapkannya.sebuah budaya positif
disekolah tidak mungkin bisa berjalan dengan baik dan berdiri sendiri tanpa ada
upaya dari seluruh komponen dan pemangku
jabatan untuk terus berusaha bersama sama dalam menjalankan dan mempertahankan budaya budaya yang sudah
ada, kemudian berusaha untuk mencoba menerapkan budaya positif lainnya yang
berpihak kepada kebutuhan murid
disekolah.Berkaitan dengan Budaya
positif disekolah dan kaitannya dengan nilai nilai lain serta cara penerapannya harus mampu mengakomodir
kebutuhan minat sisiwa, Peserta didik kita
dapat kita yakini memiliki kodrat sebagai manusia bagian dari
Ciptaan Allah Swt.
Sebagai
pendidik juga harus mengetahui posisi control guru yaitu mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif, dan berpihak kepada murid semua aspek tersebut harus
dimiliki oleh seorang guru terutama calon guru penggerak.dalam kiprahnya di
sekolah masing masing untuk bisa menularkan kebiasaan kebiasaan positif bagi
teman sejawatnya, intinya guru harus mampu mewarnai dalam konteks penerapan
budaya positif disekolah masing masing.
Penamaan
dalam penerapan disiplin sering dimaknai dengan hukuman dan pemberian sanksi,
dampaknya terhadap prilaku siswa tidak memiliki kreatifitas dan aktifitas, rasa
minder sering dijumpai pada anak anak
kita, dalam konteks penerapan budaya positif disekolah seharusnya dengan
pendekatan terhadap sisiwa dengan menggunakan sistem dialog aktif. Hukuman
diartikan merupakan bentuk pembelajaran
disiplin bagi murid bagi seorang guru, padahal hukuman mempunyai arti berbeda.
Hukuman adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai
dengan tingkah laku yang berlak, Secara
umum hukuman dalam hukum adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan atau
pelanggaran yang dilakukan yang berpengaruh untuk karakter peserta didik dan
tidak bagus untuk psikologis anak. Pemberian sangki dengan hukuman tidak
dibenarkan dan bertentangan dengan
tujuan dan cita cita pendidikan Kihajar Dewantara, Disiplin Positif adalah
sebuah pendekatan yang dirancang untuk
mengembangkan murid untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang
bertanggung jawab, penuh hormat, dan kritis. Disiplin positif mengajarkan
keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat
menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang
dewasa (termasuk orangtua, guru,lembaga , pekerja muda, dan lainnya).
Disiplin
positif bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa dan tidak menentang mereka.
Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik
kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif untuk mempromosikan perilaku
yang baik. Hal ini melibatkan memberikan siswa-siswi pedoman yang jelas untuk
perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka
belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini secara aktif mempromosikan
partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga
mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan
positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh kembang mereka.
Peran
guru penggerak sebagai Fasilitator, Manajer,
Teladan, Motivator, Teman. Menetapkan kekuatan ( manajemen Perubahan Inquiri
Apresiatif ) sebagai pemimpin pembelajaran yang berpusat pada anak, adanya
keinginan bersama untuk menciptakan perubahan dalam menularkan kebiasaan baik
kepada guru yang lain dalam membangun budaya positif di sekolah adalah dengan
membangun komunikasi positif yang di barengi dengan keteladanan diri untuk memberikan
teladan bagi orang lain serta memberikan suport yang melakukan kebiasaan –
kebiasaan berperilaku baik, Melakukan pendekatan personal untuk mengetahui
potensi positif yang bisa di berdayakan dalam mengembangkan budaya positif. Di
mulai dari hal yang kecil, sederhana, mudah dan ringan yang dapat dijalankan
secara berkelanjutan. Menjadi teladan dan agen transformasi bagi ekosistem
Pendidikan. Dapat memberikan dampak positif bagi rekan sejawat dan lingkungan
sekolah, sebagai agen dari perubahan. Berkolaborasi bersama Orang tua, Kepala
sekolah, rekan sejawat, peserta didik, warga sekolah dan masyarakat sekitar.
Kolaborasi bersama komponen sekolah ( Tri Pusat Pendidikan), pihak pihak
terkait untuk mewujudkan dan melaksanakan budaya positif di sekolah dengan
penuh kesadaran dan tanggung jawab. Sosialisasi mengenai budaya positif yang
akan diterapakan, Identifikasi kebutuhan peserta didik, membuat dan menetapkan
kesepakatan kelas/ sekolah yang berpihak pada murid, melaksanakan , melakukan
pengawasan dan evaluasi terhadap perkembangan dan ketercapaian program penerapan
budaya positif.
Budaya
positif yang ada disekolah akan membantu pencapaian visi sekolah impian. Guna
mewujudkan visi sekolah impian, peran guru sebagai ujung tombak kualitas
pendidikan di sekolah sangatlah penting. Guru penggerak adalah pemimpin
pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan
proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan
pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen
transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.
Tujuan
dari visi sekolah pastilah menginginkan murid yang merdeka. Murid yang memiliki
karakter sesuai profil pelajar pancasila. Murid merdeka bermakna murid
memiliki kebebasan untuk melakukan inovasi, belajar dengan mandiri dan kreatif
secara menyenangkan dan tanpa paksaan. Guna mencapai visi murid merdeka,
Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa sekolah mengupayakan metode pendidikan
yang relevan dengan kodrat zaman (perkembangan zaman) tanpa meninggalkan kodrat
alam (budaya) tempat anak hidup dan tumbuh. Kedua kodrat keadaan tersebut tidak
mungkin dapat diubah, yang dapat diubah hanyalah budhi yang meliputi cipta,
rasa, dan karsa (batin) dan pekertinya, yang meliputi raga, tenaga, upaya, dan
tindakan (lahir). Tugas pendidik menuntun secara relevan dan kontekstual
mewujudkan murid merdeka sesuai kodratnya sendiri.
Menuju
visi sekolah impian memang bukanlah persoalan yang mudah. Kolaborasi dari
seluruh pemangku kepentingan sangatlah dibutuhkan untuk mencapai visi bersama.
Setiap komponen wajib memahami perannya dan bertanggung jawab dengan tugasnya.
Untuk itu diperlukan metode BAGJA sebagai langkah-langkah pendekatan inkuiri
apresiatif di sekolah. Inti dari pendekatan inkuiri apresiatif adalah nilai
positif yang telah ada dan dikembangkan secara kolaboratif. Alur Bagja sendiri
diawali dengan Buat pertanyaan, ambil tindakan, gali impian, jabarkan rencana,
dan atur eksekusi. Berpijak dari hal positif yang ada di sekolah, sekolah
kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi setiap
individu dalam komunitas. Hal tersebut sejalan dengan prinsip Trikon, Ki
Hajar Dewantara dimana perubahan bersifat kontinu (berkesinambungan), konvergen
(universal), dan konsentris (kontekstual).
Luar biasa , bu aidil...
BalasHapusTerima kasih bu Yuli
Hapus